Sabtu, 21 Februari 2009

Palembang Undercover 1: Kampung Kapitan

Ini adalah salah satu dari sejuta hal yang menyenangkan yang bisa aku dapet sebagai “anak arsitek”. Survey, survey, dan survey! It means new place, new experience! Salah satu tempat survey favorit aku adalah daerah bantaran (pinggiran) Sungai Musi. Karena di sini penuuuuuuuhhhh dengan history. Ada Benteng Kuto Besak, rumah tradisional rakit, dan ada satu tempat bernama Kampung Kapitan. I love this place!


Kalau kamu udah di Palembang, tinggal pergi aja ke tempat yang namanya Benteng Kuto Besak (BKB). Bisa ditempuh dengan semua angkot dengan trayek ke Ampera. Ongkosnya Rp. 2500 aja. Naik bus juga bisa sih, tapi kamu musti jalan lagi 5 menit dari depan Monpera di depan Masjid Agung (monumen yang ada lambang burung garudanya). Di BKB foto-foto aja dulu. Baru deh ke arah pinggiran sungai, dan langsung naik kendaraan yang namanya “ketek” atau “getek”, kaya’ speed boad gitu. Ongkosnya Rp. 2000 untuk nyebrang ke Kampung Kapitan.



Di atas ketek, kamu bisa foto-foto, deh dengan background Jembatan Ampera. Wuiiihh keren abis! Apalagi kalau langitnya lagi mendung-mendung gitu. So romantic!

Begitu keteknya merapat, kamu langsung bisa lihat gerbang Kampung Kapitan. Jalan aja terus dan rasakan sensasinya.



Nah, kamu bakal nemuin 3 rumah yang serupa tapi tak sama berjejer menghadap ke open space (program kerja Walikota Palembang, Eddy Santana Putra). Rumahnya bernuansa Palembang, Kolonial dan dengan sentuhan China. Terang aja, karena berdiri di bumi Sriwijaya saat jaman Belanda dulu dan yang empunyanya orang Tionghoa. Sebagai saran, sesampainya di sini baiknya ijin dulu sama Kapitan atau keturunannya (rumahnya yang di paling kiri dan sering dijadiin tempat ibadah).




Yang keren di sini adalah kerukunan etnisnya. Campur-campur, deh. Palembang asli, keturunan tionghoa, dan keturunan Arab. Tapi bukan itu aja, lho, masih banyaaaakk banget yang menarik di sini. Ketiga rumah yang aku sebutin tadi udah berusia sekitar….ga tahu, deh. Pokoknya sekarang udah jatuh ke tangan Kapitan ke-11. Hitung sendiri aja, kalau seorang kapitan aja bisa berusia lebih dari 70 tahun, yah sekarang mungkin usia rumahnya udah 300-500 tahunan. Selain itu rumah ini dan Kampung Kapitan sendiri menyimpan sejuta misteri (caileh) yang akan aku ungkap nanti. Coming Soon!! Hehe lanjut ke seri berikutnya aja, deh!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar